Langsung ke konten utama

SHAMISEN


 

Asal dan Sejarah

Shamisen adalah alat musik tradisional Jepang yang berasal dari abad ke-16. Instrumen ini dikembangkan dari alat musik China dan Asia Tenggara bernama sanxian, yang merupakan alat musik berdawai tiga senar juga. Shamisen kemudian diadaptasi dan dikembangkan menjadi ciri khas musik Jepang.

Shamisen menjadi sangat populer dalam berbagai bentuk seni tradisional Jepang, termasuk kabuki (teater klasik), bunraku (teater boneka), dan musik rakyat Jepang (min'yō). Shamisen juga kerap digunakan untuk mengiringi nyanyian dan cerita rakyat.

Shamisen dapat dibeli dengan harga Rp3.000.000 sampai Rp15.000.000.

Bentuk dan Cara Main

Shamisen berbentuk seperti gitar kecil dengan tiga senar yang terbuat dari sutra atau nilon.

Ciri khas bentuk shamisen:

  • Tubuh kotak (do) yang terbuat dari kayu, dengan bagian depan ditutupi kulit binatang seperti kucing atau anjing (dulu), namun sekarang sering menggunakan bahan sintetis.

  • Leher panjang dan tipis (sao) tanpa fret.

  • Senar sebanyak tiga buah yang ditegangkan menggunakan tuning pegs.

Cara memainkan:

  • Shamisen dimainkan dengan cara dipetik menggunakan plectrum besar yang disebut bachi.

  • Senar dipetik dengan pukulan yang kuat dan tegas, menghasilkan suara yang khas dan tajam.

  • Tangan kiri menekan senar untuk mengatur nada, meskipun tanpa fret.

  • Teknik bermain shamisen sangat ekspresif, dengan variasi suara seperti staccato, tremolo, dan glissando.

Fungsi dan Peran

Shamisen memiliki berbagai peran penting dalam budaya Jepang:

Fungsi dalam Seni Pertunjukan:

  • Digunakan dalam pertunjukan kabuki dan bunraku sebagai pengiring musik dan narasi.

  • Mengiringi lagu-lagu rakyat (min'yō) dan cerita tradisional Jepang.

  • Alat utama dalam musik tsugaru-jamisen, gaya permainan shamisen yang dinamis dan virtuosik dari wilayah Tsugaru.

Fungsi Hiburan dan Pendidikan:
  • Digunakan untuk pertunjukan musik solo dan kelompok.

  • Diajar dalam sekolah seni tradisional Jepang dan menjadi simbol identitas budaya.

Karakteristik Suara
  • Suara shamisen khas: tajam, nyaring, dan resonan.

  • Mampu menghasilkan berbagai warna suara, dari halus dan lembut hingga keras dan dramatis.

  • Sangat ekspresif, memungkinkan pemain menambahkan nuansa emosional dalam pertunjukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HERPA

Asal dan Sejarah Harpa adalah salah satu alat musik dawai tertua di dunia , dengan asal-usul yang dapat ditelusuri hingga 5000 tahun yang lalu di kawasan Mesir, Mesopotamia, dan Persia kuno . Bentuk awal harpa muncul dalam lukisan dinding kuil dan artefak kuno. Harpa kemudian berkembang di Eropa selama Abad Pertengahan dan Renaisans, menjadi alat musik penting di kalangan bangsawan dan gereja. Di Irlandia dan Skotlandia, harpa memiliki posisi budaya yang sangat kuat dan dianggap sebagai simbol nasional , terutama dalam bentuk harpa Celtic . Harpa konser modern (pedal harp) yang kita kenal sekarang mulai berkembang pada abad ke-19 di Prancis berkat inovasi mekanis dari Sébastien Érard , yang menciptakan sistem pedal untuk mengubah nada. Harpa biasanya dibanderol mulai Rp5.000.000 hingga Rp200.000.000, tergantung ukuran. Bentuk dan Cara Main Harpa adalah alat musik dawai petik vertikal dengan bentuk seperti segitiga melengkung, terdiri dari tiga bagian utama: Pilar (leher harpa...

BALAFON

  Asal dan Sejarah Balafon adalah alat musik tradisional perkusi yang berasal dari wilayah Afrika Barat, khususnya di negara-negara seperti Mali, Guinea, Burkina Faso, dan Senegal. Alat musik ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan menjadi bagian penting dalam tradisi musik serta kehidupan sosial masyarakat Afrika Barat. Balafon digunakan dalam berbagai upacara adat, festival, dan sebagai media bercerita melalui musik. Dalam masyarakat tradisional, balafon juga sering dimainkan oleh para griot (pendongeng dan musisi profesional) sebagai alat untuk mengiringi lagu dan cerita sejarah. Balafon memiliki harga kisaran Rp1.500.000 hingga Rp5.000.000. Bentuk dan Cara Main Balafon terdiri dari bilah-bilah kayu yang disusun secara horizontal menyerupai keyboard, dengan ukuran bilah berbeda-beda untuk menghasilkan berbagai nada. Ciri-ciri balafon: Bilah kayu biasanya terbuat dari kayu keras seperti kayu rosewood atau kayu keras lokal lainnya. Di bawah setiap bilah terdapat reso...

SAPE

  Asal dan Sejarah Sape’ adalah alat musik tradisional berdawai dari suku Dayak , terutama Dayak Kenyah dan Kayan di pedalaman Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara . Nama "sape’" dalam bahasa Dayak berarti "memetik" atau "alat petik". Awalnya, sape’ digunakan untuk mengiringi tarian tradisional dan ritual adat , seperti penyambutan tamu kehormatan, upacara panen, atau persembahan kepada roh leluhur. Dulu sape’ memiliki dua atau tiga senar dan dimainkan untuk musik instrumental ritual, terutama untuk menenangkan jiwa atau sebagai hiburan malam. Seiring waktu, sape’ mengalami perkembangan bentuk dan fungsi , dan kini dikenal luas di panggung nasional hingga internasional sebagai simbol kekayaan budaya Kalimantan. Sape dijual dengan harga Rp2.500.000 sampai Rp10.000.000. Bentuk dan Cara Main Sape’ berbentuk seperti gitar panjang berukir , terbuat dari kayu ringan (biasanya kayu adau atau kayu meranti) yang dipahat dari satu bongkahan kayu utuh. Ci...