Langsung ke konten utama

SAPE


 

Asal dan Sejarah

Sape’ adalah alat musik tradisional berdawai dari suku Dayak, terutama Dayak Kenyah dan Kayan di pedalaman Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Nama "sape’" dalam bahasa Dayak berarti "memetik" atau "alat petik".

Awalnya, sape’ digunakan untuk mengiringi tarian tradisional dan ritual adat, seperti penyambutan tamu kehormatan, upacara panen, atau persembahan kepada roh leluhur. Dulu sape’ memiliki dua atau tiga senar dan dimainkan untuk musik instrumental ritual, terutama untuk menenangkan jiwa atau sebagai hiburan malam.

Seiring waktu, sape’ mengalami perkembangan bentuk dan fungsi, dan kini dikenal luas di panggung nasional hingga internasional sebagai simbol kekayaan budaya Kalimantan.

Sape dijual dengan harga Rp2.500.000 sampai Rp10.000.000.


Bentuk dan Cara Main

Sape’ berbentuk seperti gitar panjang berukir, terbuat dari kayu ringan (biasanya kayu adau atau kayu meranti) yang dipahat dari satu bongkahan kayu utuh.

Ciri khas bentuk sape’:

  • Tubuh memanjang dan ramping, sering kali dihiasi ukiran khas Dayak yang sangat indah dan simbolis.

  • Senar (dawai) biasanya 2 hingga 5 buah. Versi modern bisa memiliki hingga 12 senar.

  • Tanpa fret seperti gitar modern; nada ditentukan oleh panjang dawai yang ditekan.

Cara memainkan:

  • Sape’ dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari tangan kanan (atau pick).

  • Tangan kiri menekan senar pada bagian leher (fingerboard) untuk mengatur nada.

  • Umumnya dimainkan dalam posisi duduk, diletakkan di pangkuan atau disandarkan ke tubuh.

Sape’ menghasilkan nada yang lembut, jernih, dan penuh nuansa meditatif.

Fungsi dan Peran

Sape’ memiliki berbagai fungsi dalam masyarakat Dayak dan dunia musik secara umum:

Fungsi Tradisional dan Sosial:

  • Mengiringi tarian tradisional, seperti Tari Hudoq atau Tari Gong.

  • Digunakan dalam ritual keagamaan, syukuran, dan penyembuhan.

  • Alat hiburan masyarakat Dayak di malam hari atau saat musim panen.

Fungsi Musik Modern dan Internasional:

  • Dipakai dalam konser musik etnik, world music, dan fusi (fusion).

  • Musisi muda kini menggabungkan sape’ dengan alat musik modern seperti gitar, drum, dan keyboard.

  • Diakui di tingkat dunia sebagai instrumen eksotis khas Kalimantan.

Jenis-Jenis Sape’
  1. Sape’ Tradisional – Biasanya dua atau tiga senar, suara lembut, digunakan dalam konteks adat.

  2. Sape’ Modern (Elektrik) – Bisa hingga 12 senar, ada versi elektrik dengan pickup untuk panggung besar.

  3. Sape’ Mini atau Sape’ Souvenir – Digunakan sebagai alat pembelajaran atau cendera mata.

Karakteristik Suara
  • Suara jernih, mendayu, dan kontemplatif.

  • Cocok untuk musik meditasi, relaksasi, atau suasana spiritual.

  • Terkadang dimainkan solo atau dengan alat lain seperti suling, drum, dan vokal tradisional.

sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Sapeh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLARINET

  Asal dan Sejarah Klarinet adalah alat musik tiup dari keluarga kayu (woodwind) yang ditemukan dan dikembangkan di Eropa pada awal abad ke-18, sekitar tahun 1700-an, oleh Johann Christoph Denner, seorang pembuat alat musik asal Jerman. Klarinet merupakan hasil pengembangan dari alat musik bernama chalumeau, dengan penambahan kunci-kunci yang memungkinkan jangkauan nada lebih luas dan kemampuan memainkan nada tinggi yang lebih baik. Seiring waktu, klarinet berkembang dan menjadi salah satu instrumen penting dalam orkestra klasik Barat, musik jazz, dan berbagai genre musik modern di seluruh dunia. Di Indonesia, klarinet sering digunakan dalam orkestra simfoni, musik jazz, serta orkestra musik keroncong. Klarinet  dibanderol dengan harga Rp3.000.000 sampai Rp20.000.000. Bentuk dan Cara Main Klarinet terbuat dari bahan kayu (biasanya grenadilla atau ebony), plastik, atau bahan sintetis, dan terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilepas-pasang: Mouthpiece (mulut) yang di...

HERPA

Asal dan Sejarah Harpa adalah salah satu alat musik dawai tertua di dunia , dengan asal-usul yang dapat ditelusuri hingga 5000 tahun yang lalu di kawasan Mesir, Mesopotamia, dan Persia kuno . Bentuk awal harpa muncul dalam lukisan dinding kuil dan artefak kuno. Harpa kemudian berkembang di Eropa selama Abad Pertengahan dan Renaisans, menjadi alat musik penting di kalangan bangsawan dan gereja. Di Irlandia dan Skotlandia, harpa memiliki posisi budaya yang sangat kuat dan dianggap sebagai simbol nasional , terutama dalam bentuk harpa Celtic . Harpa konser modern (pedal harp) yang kita kenal sekarang mulai berkembang pada abad ke-19 di Prancis berkat inovasi mekanis dari Sébastien Érard , yang menciptakan sistem pedal untuk mengubah nada. Harpa biasanya dibanderol mulai Rp5.000.000 hingga Rp200.000.000, tergantung ukuran. Bentuk dan Cara Main Harpa adalah alat musik dawai petik vertikal dengan bentuk seperti segitiga melengkung, terdiri dari tiga bagian utama: Pilar (leher harpa...

BALAFON

  Asal dan Sejarah Balafon adalah alat musik tradisional perkusi yang berasal dari wilayah Afrika Barat, khususnya di negara-negara seperti Mali, Guinea, Burkina Faso, dan Senegal. Alat musik ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan menjadi bagian penting dalam tradisi musik serta kehidupan sosial masyarakat Afrika Barat. Balafon digunakan dalam berbagai upacara adat, festival, dan sebagai media bercerita melalui musik. Dalam masyarakat tradisional, balafon juga sering dimainkan oleh para griot (pendongeng dan musisi profesional) sebagai alat untuk mengiringi lagu dan cerita sejarah. Balafon memiliki harga kisaran Rp1.500.000 hingga Rp5.000.000. Bentuk dan Cara Main Balafon terdiri dari bilah-bilah kayu yang disusun secara horizontal menyerupai keyboard, dengan ukuran bilah berbeda-beda untuk menghasilkan berbagai nada. Ciri-ciri balafon: Bilah kayu biasanya terbuat dari kayu keras seperti kayu rosewood atau kayu keras lokal lainnya. Di bawah setiap bilah terdapat reso...